BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kesehatan anak mempunyai arti penting dalam kehidupan keluarga, mengingat mereka masih sepenuhnya tergantung pada orang tua atau orang dewasa lain, jika kurangnya perhatian orang tua terhadap kesehatan anak maka itu akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.(hendarson 1997:264). Demam Kejang merupakan kelainan neurologist yang paling sering dijumpai pada anak terutama pada golongan anak berumur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam. (Ngastiyah. 2005).
Terjadinya jangkitan demam kejang tergantung kepada umur, tinggi serta cepatnya suhu tubuh meningkat. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda, tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak akan menderita demam kejang pada kenaikan suhu tertentu. (Ngastiyah. 1997).
Bangkitan demam kejang merupakan satu manifestasi daripada lepasnya muatan listrik yang berlebihan disel neuron saraf pusat. Keadaan ini merupakan gejala terganggunya fungsi otak dan keadaan ini harus segera mendapatkan penanganan medis secara tepat dan adekuat untuk mencegah terjadinya komplikasi antara lain : Depresi pusat pernafasan, Pneumonia aspirasi, cedera fisik dan retardasi mental. Selain dampak biologis, klien juga mengalami pengaruh psikososial. Dalam keadaan ini klien akan merasa rendah tinggi karena perubahan pada tubuhnya. Klien juga aktivitasnya yang dapat menimbulkan bahaya bagi anak. (hendarson 1997:268).
1.2.Tujuan
1. Mahasiswa
mampu memahami dan menjelaskan tentang definisi kejang.
2. Mahasiswa
mampu memahami tentang pembagian dari kejang.
3. Mahasiswa
mampu meahami tentang etiologi dari kejang
4. Mahasiswa
mampu memahami tentang tanda dan gejala kejang
5. Mahasiswa
mamppu memahami tentang komplikasi kejang
6. Mahasiswa
dapat mengetahui penatalaksanaan pada kejang
BAB II
DASAR TEORI
2.1.Pengertian
Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus atau
dalam 28 hari sesudah lahir (Buku Kesehatan Anak) Menurut Brown (1974) kejang
adalah suatu aritma serebral. Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi
neurology baik fungsi motorik maupun fungsi otonomik karena kelebihan pancaran
listrik pada otak (Buku Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Dasar).
Kejang bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari gangguan saraf
pusat, lokal atau sistemik. Kejang ini merupakan gejala gangguan syaraf dan
tanda penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang tersebut, yang
dapat mengakibatkan gejala sisa yang menetap di kemudian hari. Bila penyebab
tersebut diketahui harus segera di obati. Hal yang paling penting dari kejang pada bayi baru lahir adalah mengenal
kejangnya, mendiagnosis penyakit penyebabnya dan memberikan pertolongan
terarah, bukan hanya mencoba menanggulangi kejang tersebut dengan obat
antikonvulsan.
2.2.Pembagian Kejang
Volve (1977)membagi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut :
1. Bentuk kejang yang hampir tidak terlihat
(Subtle) yang sering tidak di insafi sebagai kejang. Terbanyak di dapat pada
neonatus berupa :
a. Deviasi horizontal bola mata
b. Getaran dari kelopak mata (berkedip-kedip)
c. Gerakan pipi dan mulut seperti
menghisap, mengunyah
mengecap, dan menguap
d. Gerakan tonik tungkai
2. Kejang klonik multifokal (miogratory)
Gerakan klonik berpindah-pindah dari satu
anggota gerak ke yang lain
secara tidak teratur, kadang-kadang kejang
yang satu dengan yang lain
dapat menyerupai kejang umum.
3.
Kejang tonik
Ekstensi kedua tungkai, kadang-kadang dengan
flexi kedua lengan
menyerupai dekortikasi
4. Kejang miokolik
Berupa gerakan flexi seketika seluruh tubuh,
jarang terlihat pada
neonatus
5. Kejang umum
Kejang seluruh badan, sianosis, kesadaran
menurun
6. Kejang fokal
Gerakan ritmik 2-3 x/detik. Sentakan yang
dimulai dari salah satu kaki,
tangan atau muka (gerakan mata yang
berputar-putar, menguap, mata
berkedip-kedip, nistagmus, tangis dengan
nada tinggi).
2.3.Etiologi
1.
Metabolik
a.
Hipoglikemia
Bila kadar darah gula kurang dari 30 mg% pada neonatus
cukup bulan dan kurang dari 20 mg% pada bayi dengan berat badan lahir rendah.
Hipoglikemia dapat dengan/tanpa gejala. Gejala dapat berupa serangan apnea,
kejang sianosis, minum lemah, biasanya terdapat pada bayi berat badan lahir
rendah, bayi kembar yang kecil, bayi dari ibu penderita diabetes melitus,
asfiksia.
b.
Hipokalsemia
Yaitu: keadaan kadar kalsium pada plasma kurang dari 8
mg/100 ml atau kurang dari 8 mg/100 ml atau kurang dari 4 MEq/L
Gejala: tangis dengan nada tinggi, tonus berkurang,
kejang dan diantara dua serangan bayi dalam keadaan baik.
c.
Hipomagnesemia
Yaitu kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,2
mEg/l. biasanya terdapat bersama-sama dengan hipokalsemia, hipoglikemia dan
lain-lain.
Gejala kejang yang tidak dapat di atasi atau
hipokalsemia yang tidak dapat sembuh dengan pengobatan yang adekuat.
d.
Hiponatremia dan hipernatremia
Hiponatremia adalah kadar Na dalam serum kurang dari
130 mEg/l. gejalanya adalah kejang, tremor. Hipertremia, kadar Na dalam darah
lebih dari 145 mEg/l. Kejang yang biasanya disebabkan oleh karena trombosis
vena atau adanya petekis dalam otak.
e.
Defisiensi pirodiksin dan dependensi piridoksisn
Merupakan akibat kekurangan vitamin B6. gejalanya
adalah kejang yang hebat dan tidak hilang dengan pemberian obat anti kejang,
kalsium, glukosa, dan lain-lain. Pengobatan dengan memberikan 50 mg pirodiksin
f.
Asfiksia
Suatu keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir etiologi karena adanya gangguan pertukaran gas dan
transfer O2 dari ibu ke janin.
2.
Perdarahan intrakranial
Dapat
disebabkan oleh trauma lahir seperti asfiksia atau hipoksia, defisiensi vitamin
K, trombositopenia. Perdarahan dapat
terjadi sub dural, dub aroknoid, intraventrikulus dan intraserebral. Biasanya disertai
hipoglikemia, hipokalsemia. Diagnosis yang tepat sukar ditetapkan, fungsi
lumbal dan offalmoskopi mungkin dapat membantu diagnosis. Terapi : pemberian
obat anti kejang dan perbaikan gangguan metabolism bila ada.
3.
Infeksi
Infeksi
dapat menyebabkan kejang, seperti : tetanus dan meningitis
4.
Genetik/kelainan bawaan
5.
Penyebab lain
a.
Polisikemia
Biasanya terdapat pada bayi berat lahir rendah,
infufisiensi placenta, transfuse dari bayi kembar yang satunya ke bayi kembar
yang lain dengan kadar hemoktrokit di atas 65%
b.
Kejang idiopatik
Tidak memerlukan pengobatan yang spesifik, bila tidak
diketahui penyebabnya berikan oksigen untuk sianosisnya
c.
Toksin estrogen
Misalnya : hexachlorophene
2.4.Tanda dan Gejala
Manifestasi kejang pada bayi baru
lahir dapat berupa tremor, hiperaktif, kejang-kejang, tiba-tiba menangis
melengking. Tonus otot hilang disertai atau tidak dengan kehilangan kesadaran,
gerakan yang tidak menentu (involuntary
movements) nistagmus atau mata mengedip-edip proksismal, gerakan seperti
mengunyah dan menelan. Oleh karena itu Manifestasi klinik yang berbeda-beda dan
bervariasi, sering kali kejang pada bayi baru lahir tidak di kenali oleh yang
belum berpengalaman. Dalam prinsip, setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi
baru lahir apabila berangsur berulang-ulang dan periodik, harus dipikirkan
kemungkinan Manifestasi kejang.
2.5.Komplikasi
Kejang
neonatal merupakan faktor risiko yang nyata meningkatkan tingkat morbiditas
jangka panjang dan kematian neonatal. Timbulnya kejang neonatal adalah
prediktor terbaik jangka panjang khususnya defisit fisik dan kemampuan
kognitif. Komplikasi dari kejang neonatal dapat mencakup sebagai berikut:
·
kejang berulang
·
retardasi mental
·
palsi cerebralis
·
Cerebral atrofi
·
Hydrocephalus ex-vacuo
·
Epilepsi
·
Kelenturan
·
Kesulitan makan
2.6.Penatalaksanaan
1. Pengawasan
jalan nafas bersih dan terbuka
2. Pasang
jalur infus IV
3. Bila
kadar glukosa darah kurang dari 45mg/dL, tangani hipoglikemia sebelum
melanjutkan manajemen kejang seperti dibawah ini ,untuk menyingkirkan
kemungkinan hipoglikemian sebagai penyebab kejang
4. Bila
bayi dalam keadaan kejang atau bayi kejang dalam beberapa jam terakhir
,beri injeksi fenobarbital 20 mg/kg
berat badan secara IV , di berikan pelan-pelan dalam waktu 5 menit.
5. Bila
jalur IV belum terpasang ,beri injeksi fenobarbital 20 mg/kg dosis tunggal
secara IM
6. Bila
kejang tidak berhenti dalam waktu 30 menit ,beri ulang fenobarbital 10 mg/kg berat badan IV atau IM . dapat di ulangi
sekali lagi 30 menit kemudian bila perlu
7. Bila
kejang masih berlanjut atau berulang,beri
injeksi feniotin 20 mg/kg dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut
-
Feniotin hanya boleh di berikan secara
IV
-
Campur dosisi feniotin ke dalam 15 ml
garam fisiologis dan diberi dengan kecepatan 0,5 ml/menit selama 30 menit .
feniotin hanya boleh dicampur dengan garam fisiologis sebab jenis cairan lain
akan mengakibatkan kristalisasi
-
Monitor denyut jantung selaman pemberian
feniotin .
8. Lanjutkan
pemberian O2 bila bayi mengalami gangguan nafas (misal sianosis sentral
,frekuensi nafas kurang dari 30 kali /menit). Kurangi pemberian O2 secara
bertahap untuk memperbaiki gangguan
nafas sampai batas terendah yang tidak menyebabkan sianosis sentral
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus atau dalam 28 hari sesudah lahir (Buku Kesehatan Anak) Menurut Brown (1974) kejang adalah suatu aritma serebral. Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurology baik fungsi motorik maupun fungsi otonomik karena kelebihan pancaran listrik pada otak (Buku Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Dasar).
Pembagian Kejang menurut Volve (1977)membagi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut:
-
Bentuk kejang yang hampir tidak terlihat (Subtle) yang
sering tidak di insafi sebagai kejang.
-
Kejang klonik multifokal (miogratory)
-
Kejang tonik
-
Kejang miokolik
-
Kejang fokal
-
Kejang umum
Etiologi dari kejang
dapat di sebabkan oleh beberapa faktor : metabolik (Hipoglikemia,
hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia, hipomagnesemia, asfiksia, defisiensi
pirodiksin dan dependensi piridoksisn ) perdarahan intrakranial, infeksi, genetik/kelainan
bawaan.
Manifestasi
kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor, hiperaktif, kejang-kejang, tiba-tiba menangis melengking.
Tonus otot hilang disertai atau tidak dengan kehilangan kesadaran, gerakan yang
tidak menentu (involuntary movements)
nistagmus atau mata mengedip-edip proksismal, gerakan seperti mengunyah dan
menelan.
Komplikasi
yang dapat timbul meliputi: kejang berulang, retardasi mental, palsicerebralis,
Cerebralatrofi, Hydrocephalusexvacuo, Epilepsi, Kelenturan, Kesulitan makan.
Penanganan
-
Pengawasan jalan nafas
-
Pasang infus
-
Berikan injeksi fenobarbital secara IV
-
Bila belum berhenti dapat di ulangi 30 menit kemudian
-
Bila kejang berlanjut beri injeksi feniotin secara IV
di campur 15 ml garam fisiologis
-
Monitor denyut jantung
-
Lanjutkan dengan O2 bila bayi mengalami ganguan nafas
3.2.Saran
Kami
menyusun makalah ini hanya mengambil bahan yang
dari beberapa sumber saja.
Sehingga sangat kurang apabila dibandingkan dengan apa yang seharusnya pembaca
terima.
Kami menyarankan supaya pembaca tidak hanya berpatokan
pada makalah kami ini saja untuk dijadikan bahan belajar. Alangkah
baiknya bila pembaca mencari bahan-bahan
yang berkaitan dengan makalah kami ini pada buku sumber yang lain atau pada
media lainnya.
Sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan para
pembaca tentang Kejang Pada Bayi Baru Lahir
DAFTAR PUSTAKA
Prawiraharjo, Sarwono. 2002. Pelayanan kesehatan
meternalan neonatal.
Jakarta:
YBP
Markum, A. H. dkk. 1981. Kegawatan Anak.
Jakarta
Staf pengajar IKA FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta bagian IKA FKUI
Sudarti dan Afroh Fauziah.2012.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi
dan Balita.Yogyakarta
:Nuha Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar